Dong Soo menghabisi Ninja Hitam Ninja Hitam yang mengawal Ji
Sun, ia lalu mendekat ke Ji Sun dan ingin menariknya pergi “aku yang akan
mengubah takdirmu, yang harus kau lakukan sekarang hanya melangkah”
Utusan Qing kesal dan meminta para pengawal membereskan Dong
Soo. Yeo Woon menyuruh pasukan dan pengawalnya mundur, “biar aku yang menangani
ini”
Dong Soo menyuruh Ji Sun lari sejauh mungkin dan jangan
menoleh, biar dia yang akan menghadapi Yeo Woon.
Dong Soo : syukurlah kau masih hidup, hari ini kau akan
benar akan mati ditanganku
Yeo Woon : itu kalau kau bisa melakukannya, Yeo Woon lalu
mengeluarkan pedangnya.
Mereka bertarung sengit, dari jauh Kim Hong Do melukis
mereka dengan takjub, sementara Jin Ju melihat mereka dengan khawatir.
Dong Soo berhasil mmebuat Yeo Woon kehilangan keseimbangan
dan menggores wajah Yeo Woon, “aku ini pembunuh dan aku bisa membunuhmu kapan
saja” Yeo Woon tidak tinggal diam dan hampir saja ia menusuk Dong Soo, tapi dia
berhenti,
“kenapa? Kau bisa membunuhku sekarang. Kau berani tapi kau
tidak bisa membunuh, kau bukan pembunuh sejati! Aku tau kalau kemampuanku jauh
dibawahmu tapi aku tidak menyerah pada takdir bodoh seperti yang kau lakukan”
Gwang Taek dan Sa Mo tiba – tiba datang dan menyuruh Dong
Soo dan Yeo Woon berhenti. Dae Woong memanyunkan mulut karena takut melihat Gwang
Taek datang. Gwang Taek melihat tajam ke Dae Woong dan mengeluarkan pedangnya,
“ee..ini bukan saat yang tepat kau membunuhku, lihat ke sana!”
Anak buah Dae Woong berhasil menangkap Ji Sun, Dong Soo
kaget dan berteriak “Ji Sun aa…!!!”
Dae Woong lalu senyum – senyum dan menunjukkan buku
Ekspedisi Utara di tangannya, tiba – tiba anak panah api merusak buku itu. Dae
Woong berusaha memadamkannya tapi anak panah api tertancap lagi, dan bisa
ditebak siapa yang menembakkanya…. Jin Ju!!
Cho Rip juga berhasil membebaskan Ji Sun dari Ninja Hitam.
“sekarang kau mau apa?” Gwang Taek melirik Dae Woong.
Dae Woong kesal bukan main, ia memilih untuk naik kapal
bersama Utusan Qing dan kabur dari Gwang Taek. Yeo Woon terlihat lega, ia tidak
berhasil mengawal Ji Sun tapi setidaknya Ji Sun selamat dan ia tidak melanggar
perintah Chun.
Di Hoksa Chorong, Chun mengajak Ji berkelana bersamanya dan
membunuh semua nama orang hebat yang ditulis di perkamen merah sebelum mereka
bertambah tua. “ini akan memakan waktu setahun lebih dan Kim Gwang Taek adalah
yang terakhir”
Dong Soo memegang obor, ia meminta semua orang disitu
menyaksikan bagaimana dia membakar habis takdir buruk Ji Sun. Dong Soo bertanya
apa Ji Sun benar ingin lepas dari takdir
itu atau tidak. Ji Sun mengiyakan walau resiko sakit yang akan ia tahan tidak
bisa ditandingi.
“sekarang, buku ekspedisi utara sudah tidak ada lagi di
dunia ini, begitu juga dengan tattoo ini!!!”
Dong Soo gemetar dan mencoba menguatkan diri, ia menyulutkan
api di punggung Ji Sun sampai kulit Ji Sun melepuh dan tattoo itu lebur. Ji Sun
menahan rasa sakitnya dan air matanya, orang – orang di sekitar juga tidak
tahan melihat Ji Sun.
Ji Sun pingsan tidak bisa menahan sakit, Dong Soo lalu
memapahnya—
Cho Rip Jin Ju dan Dong Soo menemani Ji Sun yang dirawat oleh
Gu Hyang dirumahnya. Sementara itu, Yeo Woon juga masih menunggu.. ia
memikirkan kembali kata – kata Dong Soo yang berani menghancurkan takdirnya.
Sa Mo memegang kera baju Yeo Woon kuat – kuat dan
menumpahkan kekesalannya “kau bocah gila! Sejak kapan kau berubah begini?? Apa
ini yang kuajarkan padamu??” Sa Mo menangis dan Yeo Woon hanya menunduk.
“sejak kapan kau menjadi seorang pembunuh?” Gwang Taek
bertanya, Yeo Woon lalu kembali ingat saat ia pertama membunuh ayahnya.
Sa Mo tidak membiarkan Yeo Woon pergi, tapi Gwang Taek
mengiyakan. “kalau kita biarkan dia tidak akan kembali lagi!”, “biar dia
sendiri yang memilih takdirnya” kata Gwang Taek.
Yeo Woon senyum tipis dan pamit “terimakasih tuan”, Dong Soo
lalu datang dan agak canggung bicara “Woon aa.. aku tidak perduli kau suka apa
tidak, tapi aku akans elalu menunggumu kembali. Tidak peduli kau ingin kembali
atau tidak..aku tetap menunggu”
Yeo Woon memacu kudanya, di perjalanan ia dengan ekspresi
sedih mengandai andai..andai saja ia punya kesempatan kembali ke Dong Soo dan
kawannya, ia pasti akan kembali. (Yeo Woon ini sebenarnya baik, Cuma terpaksa
aja jadi pembunuh.. gara – gara si Chun!)
Jin Ju hanya diam melihat Dong Soo dan Yeo Woon, ia lalu
berbalik pergi dan ketemu dengan Kim Hd. Mereka saling memiringkan kepala
menebak satu sama lain, “aku…” baru saja Hd mau memperkenalkan diri Jin Ju
malah pergi,cuek. Hahaha
Yeo Woon balik ke markas dan bertemu dengan Ji. Ji
memberitahunya kalau Chun sekarang sudah pergi dan Chun memberikan tanggung
jawab penuh atas Ninja Hitam pada Yeo Woon. “sekarang kau adalah pimpinan kami,
dia sudah memilihmu menjadi penggantinya di hari pertama kau kesini. Kalau kau
menyerah, maka seluruh Ninja Hitam akan mengejarmu hingga ke ujung dunia dan
membunuhmu, jika kau ingin bebas satu – satunya cara adalah menjadi penguasa Ninja
Hitam”
Yeo Woon bersandar dan bergumam “Dong Soo.. sekarang
mustahil bagiku untuk kembali—“
Dong Soo melihat Jin Ju merawat Ji Sun, Jin Ju mengelap
keringat Ji Sun dan mengganti kompresnya. Dong Soo berterimakasih padanya dan melihat
tangan Ji Sun yang luka. Ia lalu mengobati dan melilitkan perban.
“kalau kau terluka kau harus bilang, kalau luka ini
dibiarkan bisa berbahaya” Dong Soo melilitkan perban
Jin Ju diam dan melihat Dong Soo mengobatinya, ia bergumam
sendiri kalau ia sangat sakit karena Dong Soo. (cemburu)
Jin Ju pulang dan Hong Do ternyata mengikutinya ^^. Sementara itu,
Dong Soo melihat ke kamar Ji Sun, ia berjanji akan menjadi lebih kuat dan tidak
akan membiarkan orang yang ias ayangi terluka lagi.
Dong Soo ketiduran menunggui Ji Sun. Ji Sun siuman dan
melihat Dong Soo diam – diam, ia berterimakasih untuk Dong Soo yang berani
mengambil langkah untuknya.
Keesokan harinya, Dong Soo menggendong Ji Sun pulang ke
rumah Sa Mo.
Gu Hyang melapor ke Yeo Woon kalau Ji Sun sudah siuman dan
lukanya menimbulkan bekas, namun ini lebih baik daripada harus menanggung
tattoo itu seumur hidupnya “sekarang hidup biksu itu sudah tidak bahaya lagi”, Yeo
Woon bicara sendiri, bagaimana kalau ia menjadi Dong Soo, apakah ia juga mampu
membakar tattoo itu?
Dong Soo memohon pada Gwang Taek agar mengajarkan ilmu
beladirinya, Gwang Taek mengiyakan dan akan menjadikan Dong Soo lebih hebat
darinya, Dong Soo berlutut dan memangilnya “Guru”
Sementara itu, Jin Ju yang sepertinya sudah menyerah pada
cintanya ^^ memesan minuman pada Jang Mi. Hd tiba – tiba datang dan sok asik
duduk dekat Jin Ju “tidak ada tempat kosong lagi^^”
Mereka minum bersama dan mulai pusing, Hd melihat – lihat wajah
Jin Ju dan memujinya karena Jin Ju sangat cantik. Hahaha, Jin Ju heran, “apa
kau tidak salah??”
Dae Ju tidak menyangka Yeo Woon bisa jadi ketua Ninja Hitam
dan ia meragukan Yeo Woon walau kemampuannya memang hebat. Yeo Woon senyum
sinis dan memperingatkan Dae Ju kalau ia sekarang adalah ketua Ninja Hitam dan
sebaiknya Dae Ju menjaga bicaranya.
Dae Ju kesal dan kontan si orange langsung menodongkan
pedangnya. “tuan sendiri yang pernah bilang kan? Kalau seseorang harus menjadi
gunung yang musthail di daki didepan orang yang lemah. Dan sekarang aku akan
menjadi gunung.” Yeo Woon lalu pergi
“ si harimau (Chun) sedang pergi, dan rubah (Yeo Woon)
berkuasa, tapi tetap saja rubah adalah rubah..tidak akan berubah menjadi
harimau”
Raja sangat terkesan melihat pangeran yang mampu menguasai buku
Konfisus klasik. Ia lalu memberikan pangeran sebuah pertanyaan dan pangeran
harus memberikan jawabannya besok pagi. Pertanyaan itu sebuah timbangan…. Timbangan
antara Raja – Rakyat – Bangsawa
Pertanyaan itu adalah ide dari ratu dan ayahnya, jawaban
dari pertanyaan itu mencerminkan sifat penjawab jawaban.
Pangeran memutar otak, bagaimana agar timbangan ini bisa
setimbang, dimana raja harus diposisikan antara rakyat atau bangaswan. Iya lalu
melihat lagi koin dari Gwang Taek, koin peninggalan terakhir dari ayahnya, Putra
Mahkota. Pangeran lalu menempatkan raja di rakyat, ia tersenyum
Untuk latihan pertama, Gwang Taek menyuruh Dong Soo untuk
latihan seni berjalan dan keseimbangan sebelum benar – benar menggunkan pedang.
“pedang hanyalah alat perpanjangan tanganmu”
Sementara itu, Chun masih berkelana membunuh satu persatu
orang yang ada dalam list.
Pangeran memberikan jawaban pada Raja, ia menempatkan raja
di tengah timbangan. Raja sangat puas pada cucunya dan bilang kalau sebagai
raja memang tidak seharusnya memihak.
Pangeran tersenyum dan meminta maaf karena sepertinya raja
salah sangka. Ia lalu memindahkan raja ke Rakyat. “ raja seharusnya menuruti
apa yang rakyatnya inginkan”
Raja dan ratu membelalak terkejut. Ratu mengompori kalau
Joseon ada karena Raja dan para bangsawan bukan rakyat, dan memperingatkan agar
pangeran tidak mengikuti jejak Putra Mahkota. Raja diam dan tidak menyalahkan
pangeran, ia hanya terkejut saja.
Dari luar, Dae Ju dan ayah mertua raja tersenyum sinis
mendengar jawaban pangeran.
Dae Ju bertemu Gwang Taek di jalan pulang, Dae Ju menuduh Gwang
Taek dekat – dekat dengan pangeran karena ada yang ia inginkan. “sebaiknya kau
urus saja Baek Dong Soo itu, aku dengar dari peramal kalau hidup anak itu tidak
panjang..sama seperti ayahnya.. kau tidak mau tanganmu yang satu lagi hilang
kan?” Dae Ju lalu pergi dengan ketawa membahana.
Dong Soo dan Cho Rip mengobrol sambil minum. Cho Rip curhat kalu
ia seharusnya tidak disini, karena seeprtinya dia ticak cocok menjadi seorang
prajurit. “lariku lambat, aku juga tidak bisa menggunakan panah dan pedang
dengan baik”
Dong Soo memuji Cho Rip kalau Cho Rip lumayan bagus, “lalu
bagaimana dengan Yeo Woon?” kata Cho Rip, mendengar nama Yeo Woon Dong Soo
berhenti minum dan bilang mulai sekarang ia tidak mau mendengar namanya lagi. CHo Rip memutuskan akan pulang ke rumah dan melakukan hal yang ia kuasai.. BELAJAR
Gwang Taek mengajak Dong Soo dan Sa Mo bicara bersama. Ia ingin
membawa Dong Soo pergi latihan bersamanya di tempat ia pernah latihan pedang
bersama ayah Dong Soo dulu. “aku khawatir karena sepertinya Dae Ju selalu
mengawasi Dong Soo”
Dong Soo jalan mencari udara segar dan bertemu dengan Ji Sun.
Dong Soo memberitahunya kalau ia akan pergi jauh untuk latihan dan mengajak Ji
Sun untuk pergi bersamanya.
Ji Sun berterimakasih karena Dong Soo menolongnya, ia tidak
ingin ikut dan akan tinggal disini untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dong Soo lalu mendekat dan meminta Ji Sun berjanji untuk
menunggunya, Ji Sun tersenyum dan bilang ia akan menunggu Dong Soo hingga
kembali. SSAHHHHHH!!!! Dong Soo lalu memeluk erat Ji Sun—
Cho Rip masih sempoyongan berjalan dan melihat Dong Soo dan Ji
Sun berpelukan. Ia mengucek matanya tidak percaya. “kau lihat apa?” Jin Ju
menoleh – noleh, tapi Cho Rip berusaha meNinja Hitamalanginya. (Cho Rip tau
kalau Jin Ju suka Dong Soo kali ya..^^). Jin Ju melihat Dong Soo dan Ji Sun,
mukanya sedih.
Jin Ju jalan sendirian dan memikirkan kata – kata Cho Rip
kalau Dong Soo akan pergi latihan, ia lalu ketemu dengan Ji. Mereka tersenyum—
(oke..ini saatnya ibu menemani anak ceweknya yang lagi patah hati ^^)
Ji datang subuh – subuh ke tempat Sa Mo dan Jang Mi. Jang Mi
kaget karena tau Ji adalah ketua Ninja Hitam. “ma..mau apa kau kesini??”
Ji datang untuk memasak makanan untuk Gwang Taek, Jin Ju
juga membuat makanan untuk Dong Soo.
Gwang Taek dan Dong Soo pamit pergi. Jin Ju lalu menemui Dong
Soo dan memberikannya bekal. Dong Soo sangat berterimakasih padanya, dan
berjalan pergi. Dong Soo tiba – tiba menghentikan langkahnya dan berbalik ke Jin
Ju, “mm..tolong kau jaga Ji Sun”, Ji Sun mendengar itu hanya bisa senyum maksa
dan bilang kalau Dong Soo harus focus pada lathannya saja, ia akan menemani Ji
Sun. (haaa… padahal Jin Ju berharap Dong Soo ngomong apa kek untuk dia! Ssshhh Dong
Soo bodoh!!!)
Di istana, para menteri dipimpin Dae Ju emmohon agar
pengawal bekas pengawal Putra Mahkota di keluarkan dari istana karena dianggap
ikut berhianat. Raja khawtir siapa yang akan melindungi Pangeran kalau begitu,
raja lalu bilang ia akan memecat pengawal itu dan akan mengembalikan jabatan
jendral Seo Yu Dae. Dae Ju menelan ludah! Hahahha
Di penjara, Yu Dae berlutut berterimakasih pada Raja, ia
lalu tertawa terbahak – bahak di depan muka Dae Ju.
Di tempat lain, Chun masih sibuk dengan targetnya sementara Cho
Rip pulang ke rumahnya dan member salam pada ayahnya. Ayahnya lalu
melemparkannya sebuah ID tag.
Ji Sun berjalan – jalan di pasar dan mencatat informasi
tentang barang dan harganya. Hd melihatnya dari kejauhan dan langsung melukis, Jin
Ju juga ada dibelakang Ji Sun, mengikutinya.
Ji Sun mencari penjual topi bulu domba tapi sangat sulit
menemukannya, Ji Sun tau kalau topi itu sangat popular di Qing tapi sangat
jarang di Joseon. Gu Hyang tau gerak gerik Ji Sun lalu melapor ke Yeo Woon
kalau Ji Sun mencari topi bulu domba.
Beberapa hari kemudian, Ji Sun akhirnya mendapatkan orang
yang menjual topi itu. Ji Sun menanyakan harganya tapi si penjual menolak
menerima uang Ji Sun. Ji Sun berterimakasih lalu memberikan perhiasannya. Dari jauh
Yeo Woon melihatnya, (well.. ini semua rencana Yeo Woon)
Ji Sun memberitahu Sa Mo dan Jin Gi tentang rencananya utnuk
menjual topi bulu domba. Jin Gi berfikir ini ide bagus dan dapat mendatangkan
banyak uang, ia lalu menyuruh Jin Ju untuk mencari topi ini di Qing dan
membawanya ke Joseon. “aku??” hahhaa Jin Ju awalnya menolak, tapi Jin Gi
memaksanya.
Dong Soo dan Gwang Taek sampai di tempat latihan. Gwang Taek
menyuruhnya menyiapkan makanan padahal mereka belum sempat istirahat. Dong Soo
bergumal dengan asap dan bagaikan ahjumma di kedai, ia menyiapkan makanan untuk
Gwang Taek.
Gwang Taek menarik piring penuh daging dan melarang Dong Soo
memakannya, padahal Dong Soo tidak bisa hidup tanpa makan daging! Hahhaha
“daging akan membuatmu sulit bergerak!”
Sesudah makan mereka lalu main Sudoku, Gwang taek merasa
cuaca sangat panas. Dong Soo lalu mengipasnya..
“angin yang kuat..”,Dong Soo mengambil dua kipas dan mengipas
sekuat tenaga
“angin yang sangat kuaaaatt..” Dong Soo lari pergi mengambil
kipas raksasa! HAHAHA
Chun bertemu dengan si cendekiawan, ia mulai menyerang dan
si cendekiawan ternyata menyimpan kunai bintang di bukunya dan melempari Chun.
Chun berhasil menyayat si cendekiawan hingga terjatuh di sungai tapi ia tidak
membunuhnya. Chun membiarkannya pergi lalu mencoret nama si cendekiawan itu.
Gwang Taek mulai mengajarkan Dong Soo tekniknya, ia lalu
menunjukkan senjata – senjata yang selama ini digunakan untuk melindungi Ji Sun.
Gwang Taek berharap Dong Soo bisa menguasai alat – alat itu dan menjadi yang
terhebat. Dong Soo berlutut dan berjanji ia pasti akan melakukannya.
Picture taken from virtualvoyage
Komentar
Posting Komentar