Di provisi Pyeongan, salah satu prajurit memberitahu putra
mahkota kalau ia menerima surat dari Istana. Surat itu memberitahukan kalau
duta dari Qing merasa tersinggung karena keberadaan putra mahkota di sini yang
notabene adalah daerah perbatasan langsung dengan Qing.
Putra mahkota memang berada di Pyeongan dan Hangmyeondo
untuk inspeksi, dan kedua daerah ini adalah daerah yang berbatas langsung
dengan Qing. Semakin lama putra mahkota berada di sini, semakin besar kecurigaan
pihak Qing dan ini akan menambah parah isu Noron untuk memprovokasi Qing.
Putra mahkota berbicara dengan Ji Sun kalau ia tidak enak
karena Ji Sun baru saja pulang dari Qing dan sekarang ia memberinya masalah
lagi.
“lokasi daerah Qing sma dengan apa yang ada dalam buku
perang”
“apakah itu masih berguna? Buku itu sudah berumur ratusan
tahun” kata putra mahkota
Ji Sun bilang kalau masalah berguna atau tidak itu masalah
lain. Yang jadi masalah sekarang adalah ia masih ragu terhadap buku tersebut.
“aku akan memberitahu yang mulia ketika aku sudah bisa memastikan”
“kalau begitu berikan aku jawaban bagus nantinya”
Putra mahkota sudah mau pergi dan berpesan pada Ji Sun kalau
rombongan pedagang dari Qing akan sampai dan Ji Sun akan ikut bersamanya. “aku
sudah menyuruh beberapa orang untuk menjagamu agar tetap aman sampai tujuan,
jangan khawatir tentang keselamatanmu”
“emosi ketakutan sudah kutinggalkan sejak lama Yang Mulia,
yang paling kukhawatirkan adalah keselamatan anda”
“aku akan menunggumu di kuil Cheongamsa,aku akan
menghubungimu” putra mahkota lalu pergi
Ji Sun mengantar putra mahkota dan dalam hati ia berkata
kalau ia sudah tahu jawabannya, yang masih ragu akan jawaban tersebut bukannya
dia, tetapi Yang Mulia sendiri.
Di hutan bamboo.. Chun dan Ji sedang bermeditasi. Salah satu
anggota mereka lalud atang dan member kabar kalau beberapa hari yang lalu
mereka mendapat kabar Gwang Taek muncul salah satu di kuil shaolin, namun belum
sempat mereka menemukannya, Gwang Taek sudah terlebih dulu menghilang. “kami akan
mencarinya lagi”
Chun bergumam kalau ia penasaran apa yang akan dibawa oleh
Gwang Taek dari Qing, mendengar tentang Gwang Taek, Ji langsung melangkah pergi
“apakah Cuma aku yang penasaran dengan kedatangan Gwang
Taek?” Chun menyindir Ji
Ji pergi menuju markas Hwang, ia lalu berpas pasan dengan
Jin Ju
“apa..apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Jin Ju penasaran
melihat Ji
Ji hanya diam dan hanya menatap Jin Jud an membuat Ji salah
tingkah “ah..tidak pernah ya.. kalau begitu aku minta maaf” Jin Ju lalu pergi.
(Jin Ju adalah anak Ji dan Gwang Taek)
Ji bertemu dengan ayah Jin Ju, ia datang karena sudah
setahun ia tidak pernah mendengar kabar dari Jin Ju.
“bagaimana dia?”
“dia tumbuh di lingkungan para bandit, ia benar – benar
tidak takut pada apapun” kata Hwang
“tadi aku melihatnya”
“dia baru saja datang”
“anak itu..tumbuuh sehat dan cantik” Ji berterimakasih pada
Hwang lalu pergi.
Sementara itu,
Dong Soo, Cho Rip dan Yeo Woon menjalankan tugasnya untuk
mengawal Ji Sun. Di perjalanan, Dong Soo curi curi pandang ke Ji Sun.
“eh Cho Rip bukannya dia biksu? kenapa memakai hanbok?” kata
Dong Soo
“dia mungkin masih pemula, belum menjadi biksu sesungguhnya”
Cho Rip jawab seadanya
Dong Soo kesal sendiri, ini adalah misi pertamanya kenapa
mereka harus mengawal biksu? “setidaknya kita harus bertemu sekelompok
pembunuh!! Aku bisa menunjukkan kekuatanku sebenarnya”
“kalau kita bertemu dengan sekelompok pembunuh dengan
kemampuanmu sekarang, maka kau benar – beanr akan mati” Cho Rip meledek
“haaa..sial kau! Kau tidak tau? Aku ini ahli pedang nomor
sa…. (melirik Yeo Won) nomor 2 di negeri ini!”
“kalau begitu aku nomor 3! Hahahah”
Yeo Woo hanya tersenyum geli melihat kelakuan teman –
temannya, sementara Ji Sun diam – diam terus memperhatikan Yeo Woon.
Kelompok pencuri yang ternyata dipimpin oleh Jin Ju
mengintai dari jauh.
“wah… lihat itu! Gerombolan pedagang yang baru saja datang
dari Qing. 3 gerobak di kawal oleh 20 orang lebih, dan lihat! Ada satu gerobak
yang paling banyak pengawalnya… aku rasa ini adalah tangkapan yang bagus!”Jin
ju mulai mengatur strategi sendiri
“boss ke 2, kau jangan sembarangan… nanti boss 1 marah. Kita
harus mendengarkan boss 1” kata anak buahnya
“ah sudahlah! Kau ikuti saja aku!”
Yeo Woon merasa ada yang aneh, ia lalu menyuruh semuanya
berhenti dan mulai melihat kea rah Jin Ju bersembunyi.
Yeo Woon mulai membidik dan menembakkan panahnya ke arah
mereka. Jin Ju and the gank melihat panah itu dan melongo..mereka sontak kaget
karena panah itu jatuh tepat di tengah – tengah mereka.
Jin Ju kesal dan membidik balik. Bidikan pertama tepat di
depan mata Ji Sun, dan bidikan kedua nyaris mengenai Cho Rip “hopp!” Dong Soo
menangkap anak panah itu dengan tangannya
Jin Ju memerintahkan pasukannya untuk menyerang, dan satu
persatu pasukan yang bersembunyi di semak keluar dan menyerang.
“hei hei, kau lihat! Aku menangkap anak panah itu dengan
tanganku! Hahaha aku hebat kan?” Dong Soo sempat sempatnya
“kau perhatikan saja bandit itu!!!!” Cho Rip tegang
“ta..tapi aku tadi hebat! Aku genius! Hei Woon biarkan aku
yang menangani ini,OK?”
“kau jaga saja rombongan” Yeo Woon sibuk menebas para bandit
Dong Soo protes, di tugas pertama ia hanya disuruh berjaga
di sekitar rombongan
“Cho Rip ikuti aku!” Yeo Woon lalu memacu kudanya untuk
pergi meninggalkan rombongan dan bandit. Mereka lalu dikejar habis – habisan.
Sementara itu, Dae Soong menghadapi gerombolan bandit hingga
tuntas dan bertemu dengan pemimpin mereka.
“haa..kupikir aku akan bertemu dengan pria dewasa kali ini”
kata Jin Ju
“apa kau bilang? Kau pikir aku anak – anak? Apa kau pernah
melihat anak – anak sebesar ini?” Dong Soo protes habis – habisan
Dong Soo pamer kalau dia bisa makan 3000 mangkuk nasi lebih
banyak dari Jin Ju dan bisa berjalan 1000mil eh tidak! 10.000mil lebih jauh.
“tidak ada yang bisa kau banggakan dari angka umurmu?”
“kalau kau lebih baik dariku, terus kenapa kau mencuri?”
Dong Soo meledek
Mereka lalu bertarung, Jin Ju lalu melihat rombongannya
sudah jauh mengejar Yeo Woon. “ah, aku tidak punya waktu bermain denganmu” Jin
Ju lalu melemparkan bom asap dan kabur.
“hei mau
kemana kau” Dong Soo sambil batuk – batuk mengejar Jin Ju.
Sementara
itu, kelompok bandit makin mendekati Yeo Woon dan Cho Rip. Yeo Woon lalu
berbalik arah dan bertarung dengan bandit itu, Ji Sun hanya memandanginya
(well… Yeo Woon tak terkalahkan).
Jin ju dan
beberapa orang menyusul, Yeo Woon lalu berbalik lagi kea rah Cho Rip. Masalah
terjadi, kereta tersangkut dan tidak bisa bergerak sementara kelompok bandit
sudah di depan mata.
Sementara
itu di istana,
Raja
bertemu dengan duta dari Qing. Ia merasa tersinggung karena akhir – akhir ini
putra mahkota seperti mengadakan inspeksi dan mengadakan pelatihan militer di
perbatasan.
Raja
sangat kesal dan menemui putra mahkota. Ia bahkan hampir melempari putra mahkota
“kau masih mau membuat harga diriku jatuh di hadapan duta Qing?”
Putra
mahkota hanya diam, “aku akan menurunkan pangkat pengikutmu” Raja mengancam
“jangan
lakukan itu abamama, akulah yang pantas dihukum bukan mereka”
“kau yang
memulainya! Aku tidak terima alasan!” raja kesal dan sekaligus khawatir kalau
Noron dan perwakilan Qing mulai meragukan kemampuan putra mahkota sebagai
penerus Raja.
Balik lagi
ke medan pertarungan…
Kelompok
bandit berhasil menyusul dan kaget kaget karena isi kereta sudah hilang, ternyata
Ji Sun sudah kabur bersama Yeo Woon.
Jin Ju
kesal dan menyuruh anggotanya untuk mengikutinya,
“hoii..mau
kemana kalian?” dari belakang Dong Soo muncul. Dong Soo dan Jin Ju mulai
berdebat lagi dan bertarung. Tiba – tiba mereka dikagetkan oleh orang tua yang
tiba – tiba muncul.
Orangtua
itu adalah Gwang Taek!!
“hei
orangtua, pergilah dan serahkan tasmu. Jika kau ingin selamat” salah satu
bandit menggertak.
Secepat
kilat dan akurat Gwang Taek melumpuhkan seluruh bandit hanya dengan sebuah tag
nama. Dong Soo – Cho Rip – Jin Ju hanya melongo.
Jin ju
pergi mengejar Yeo Woon namun Dong Soo menolak pergi mengejar juga. Ia malah
emnantang Gwang Taek bertarung.
“wah..itu
tadi tehnik yang aneh orangtua!”
“kenapa?
Kau mau belajar? Ini adalah..tehnik… tag nama”
Dong Soo
malah tertawa dan mengarahkan pedangnya ke arah Gwang Taek. “kau tidak tahu?
Namaku adalah..” belum sempat Dong Soo memperkenalkan nama :p ia langsung
dilumpuhkan oleh Gwang Taek dan pedangnya direbut dan diarahkan ke lehernya.
“ini
pedang yang bagus” kata Gwang Taek, Dong Soo gemetaran, apalagi Cho Rip yang
daritadi jadi penonton.
“tapi mana
ada pedang bagus yang digunakan untuk membunuh, matamu tidak memancarkan sinar
membunuh” Gwang Taek lalu mengembalikan pedang Dong Soo dan pergi.
Cho Rip
mengajak Dong Soo pergi menyusul Woon, Dong Soo emnolak malah mengejar Gwang
Taek.
Sementara
itu, Woon masih dalam pelariannya. Diam – diam Ji Sun terpesona dengannya. Tiba
– tiba ada yang memanah mereka berdua dan membuat mereka terjatuh.
Woon
membantu Ji Sun berdiri dan ia kaget melihat ada tattoo di leher Ji Sun.
“sejak
usia 7 tahun, laki – laki dan perempuan harus dipisahkan” kata Jin Ju meledek
“keterlaluan sekali kalian melakukan hal itu di siang bolong begini”
“apa
kalian tdiak bisa meninggalkan kami berdua dengan tenang” Woon balik menyindir
“haaa..
kau benar benar! Suruh saja wanita itu menyerahkan apa yang ada di tangannya!”
“tetaplah
di belakangku” Woon mulai menarik pedangnya
Woon mulai
bertarung dan tanpa ia sadari bandit lain sudah hampir menebasnya dari belakang
“nyawa
adalah hal yang berharga” Ji Sun lalu melepaskan anak panahnya kea rah bandit
tersebut. Hal ini lumayan membuat Woon tercengang
“turunkan
panahmu!” Jin Ju dan Ji Sun saling membidikkan panah ke arah masing – masing
Tiba –
tiba ada bunyi siulan yang merupakan tanda atau sinyal agar Jin Ju menarik
pasukannya mundur “ah sial! Siapa lagi yang mengadu ke boss besar?” Jin Ju lalu
pergi.
Sementara
itu, Gwang taek berpas – pasan dengan polisi yang memeriksa TKP.
“apa aku
bisa memeriksa identitasmu?”
“aku
adalah tabib yang tinggal digunung” kata Gwang Taek memperlihatkan tag namanya
Gwang Taek
lalu pergi, tetap saja ia masih diikuti oleh Dong Soo dan Cho Rip.
“sepertinya..nama
itu tidak asing” gumam kepala polisi.
Di hutan,
Ji Sun berterimakasih pada Woon, Woon hanya bilang bukan apa – apa karena ini
adalah tugasnya.
Malam
sudah tiba, Gwang Taek menuju ke arah air terjun.. tempat ia meninggalkan baby
Dong Soo dulu.
“apa
kalian mengikutiku seperti tikus?” Gwang Taek melihat ke arah Dong Soo
“kalian
anak kecil yang tidak tau apa – apa”
“anak
kecil apanya? Tahun ini kami sudah 20 tahun!” Dong Soo kesal
Ia lalu
minta duel dengan Gwang Taek. “apa kau juga?” Gwang taek melirik Cho rip.
“tidak..aku
hanya menonton”
Dong soo
mulai mengeluarkan pedangnya dan Gwang taek mengeluarkan tag namanya.
Hap hap
hap! “ah sakit!” Dong Soo habis – habisan dihajar dan kepalanya dijitak
“kau masih
anak – anak dan tidak bisa mengontrol diri. Pedang tidak dikendalikan oleh
tangan, tapi hati”
Gwang taek
tersenyum lalu pergi, Cho rip gemetar dan bilang “kau hebat” sambil menunduk
Cho Rip
menghampiri Dong Soo yang masih sibuk mengusap kepalanya yang dijitak. Cho Rip
meledek akalu Dong Soo mala mini benar - benar menjadi seorang pecundang “kau
ini! Bahkan orangtua peracik obat tersebut mengalahkanmu,ckckckck”
Cho rip
lalu mengirimkan burung merpati ke Woon.
Di hutan,
Woon mendengar suara aneh dan bersiap, ternyata itu merpati kiriman Cho Rip.
Dong Soo
dan Cho Rip datang..
Mereka
lalu duduk bersama mengelilingi api unggun. Cho Rip ingin memakan daging, namun
daging itu direbut Dong Soo “eh geser sedikit” Dong Soo duduk di sebelah Ji Sun
dan memberikannya daging
“maaf, ia
agak sedikit kekanakan” Woon tidak enak
“kau ini
bodoh! Mana ada biksu memakan daging?” Cho Rip lalu merebut daging itu kembali,
sedangkan Dong Soo malu bukan main
Ji Sun
merasa kedinginan, Dong Soo dengan usaha cari mukanya membuka bajunya dan
memberikannya ke Ji Sun,
Cho Rip
dan Woon hanya diam,
“aku, Baek
Dong Soo, hanya takut pada 2 hal.. LAPAR dan HANGAT.” Kata Dong Soo sambil pura
– pura senam
“kau ini
benar – benar!” Cho Rip lalu melemparkan rompinya pada Dong Soo
Di rumah
bordil, lelaki hidung belang utusan Qing bermain hide and seek dengan gisaeng.
Salah satu anggota dari Chun masuk dan menodongkan pisau ke leher “aku juga
ingin ikut”
Anggota
Chun ternyata disuruh oleh Dae Joo untuk menakut – nakuti
orang dari Qing itu, dia diberikan upah beberapa emas.
Kembali
lagi ke hutan,,
Dong Soo
melihat kaku Ji Sun terluka. Ia llau lari ke dalam hutan dan mencari herbal. Ia
lalu mengunyah daun dan menempelkannya ke kaki Ji Sun. Cho Rip hanya geleng –
geleng dan WOon diam menahan tawa,
Sementara
itu di markas Hwang. Hwang habis – habisan memarahi Jin Ju “apa kau bisa
menjamin nyawa kawanmu?”
Jin Ju
capek mendengar ayahnya mengomel, ia kabur dengan tertawa geli sementara
ayahnya berteriak – teriak memanggilnya.
Anggota
hwang lainnya sibuk menghitung pendapatan mereka. Mereka bertengkar membagi
hasil untuk mereka dan untuk orang miskin (bandit budiman).
Ji Sun
melihat tangan Woon terluka, ia lalu membalutnya dengan pita merah. Dong Soo
melongo dan berdeham melihatnya. Hahahaa
“Woon a…
ayo kita bertarung, sudah lama kita tidak melakukannya”
Mereka
lalu memulai pertarungan, hap ! hap! Saling tangkis dan entah kenapa Dong Soo
berhenti bergerak, sementara Woonpergi dengan senyum andalannya,
“kau
kenapa Dong Soo?” Cho Rip bingung
“Woo..Woon
aa.. bisa kau lepas jarum itu?” hahaha ternyata Woon menempelkan jarum
akupuntur di tangan Dong Soo.
Ji Sun
lalu membantunya dan bilang jarum akupuntur seharusnya untuk mengobati,
Jin Ju
bermain bersama anjing piarannya, ia bergumam betapa beruntungnya ank anjing
itu memiliki ibu.
Ayahnya
lalu datang. Jin Ju curhat kalau ia tadi bertemu dengan seseorang yang sangat
mirip dengannya ( Ji ) “apa dia ibuku ya?”
Ayahnya
menyuruh Jin Ju untuk berhenti menjadi bandit, ia takut kehilangan satu –
satunya putrid kesayangan.
“aku ingin
menjadi bandit budiman seperti ayah!” “ayah… ada perwakilan Qing yang menginap
di sekitar sini, kita bisa merampoknya”
“uu..dasar
bodoh! Sekali kesalahan saja kau bisa mati!”
Paginya..
Ji Sun
melihat Dong Soo melengkung kayak udang gara – gara kedinginan, ia hanya
tertawa dan menyelimuti Dong Soo dengan baju yang diberikan.
Matanya
lalu bertemu mata Woon yang dari tadi melihatnya.
Mereka
lalu mengantar Ji Sun ke kuil,
Dong Soo
tidak berhenti tersenyum ria mengantar Ji Sun ia bahkan bilang kalau bisa saja
Ji Sun akan menjadi istrinya nanti,
“Woon!
Lihat! Dia sudah mulai gila” kata Cho Rip
Woon tersenyum
andalan lalu pergi
Biksu
besar memeriksa kaki Ji Sun, ia heran kenapa Ji Sun menempelkan tumbuhan racun
ke lukanya.
Sementara
itu, di jalan, Dong Soo memperhatikan dua tumbuhan yang mirip. Ia lalu
berteriak “mati aku…” ia sadar kalau yang ia aplikasikan ke kaki Ji Sun adalah
racun! Hahahha
Mereka bertiga
kembali ke markas dan langsung kena hukuman
Sa Mo
menghukum mereka seharian karena gagal dalam misi. “ aku mempercayaimu, tetapi
kenapa kau malah seperti berandal dua ini?” Sa Mo kecewa pada Woon
“maaf”
Woon hanya bisa berkata begitu.
Dong Soo
memang biang kerok, berapa kali ia menurunkan karung yang jadi hukumannya. Putri
Dae Pyo, Mi So datang dan mengejek – ejek Dong Soo.
Sementara itu
di Istana,
Perwakilan
Qing menghadap ke Istana dan mengajukan hasil inspeksi mereka, kekecewaan
terhadap insiden di rampoknya pedagang mereka.
Putra mahkota
tersenyum sinis dan bilang apa yang dilakukan oleh para utusan Qing bukan
menginspeksi, tetapi bersenang – senang dengan para Gisaeng di rumah bordil.
Dae Joo
(salah satu menteri) malah mencoba menentang perkataan Putra mahkota dan bilang
kalau bagaimana bisa para utusan Qing meninggalkan Oh Ha No untuk bermain
bersama Gisaeng.
“apa
sebenarnya yang ingin kau katakana?” putra mahkota benci basa basi Dae Joo
“bagaimana
kalau kita memanfaatkan hal ini membangun bangunan baru untuk para utusan Qing?”
“apa
untung kita membangun hal seperti itu untuk engara mahakuasa seperti Qing?” putra mahkota menatap tajam Dae Joo.
Di gerbang
kota, polisi memeriksa seluruh pendatang. Gwang taek lewat dan tak luput dari
pemeriksaan. Gwang taek memperlihatkan tag namanya dan dipersilahkan lewat.
Polisi merasa
ada yang familiar dengan nama itu, ia lalu melihat daftar nama yang ia punya
dan melotot terkejut.
Chun bermeditasi
di ruangan gelap, ia masih berusaha memikirkan cara bagaimana cara agar dapat
mengalahkan teknik pedang Gwang taek.
In datang
dan bilang kalau Gwang Taek sudah ada di Hanyang. “sejak kapan kau tertarik
dengan hal ini? Keluar!” Chun menyuruhnya keluar. In kesal dan teriak klau ia
akan mengurus hal ini sendiri.
Chun juga
mempersilahkan Ji pergi,
“aku tidak
perduli dengan berita itu” kata Ji
“kau..sebenarnya
bukan aku yang sebenarnya kau perhatikan” kata Chun
Di hutan
bamboo.. Ji duduk sendirian, menangis dan mengingat masa lalu..
Chun dan
Ji berdebat. Ji sudah tidak mau bergabung dengan kelompok Chun “aku tidak ingin
mengotori tanganku dengan darah lagi, aku sudah mengubah pikiranku”
“siapa
yang mengubah ekspresi dimatamu?” Chun kesal
Di bukit,
Ji berjalan oenuh senyuman dan kebahagiaan bersama Gwang Taek. Mereka saling
berpelukan dan tidak tahu kalau Chun melihat dari kejauhan.
Ji lalu bertemu dengan Chun, ia malah berlutut dan membuat
Chun berteriak kesal. (CINTA SEGITIGA rupanya)
Ji dan Gwang taek berniat pergi, mereka lalu dihadang oleh
Chun. Gwang Taek sudah hamper mencabut pedangnya namun Ji memberikan sinyal
jangan lukai Chun”
Sekelompok ninja datang dan sepertinya ini dari kelompok
mereka. Chun melihat Ji dan menyuruhnya cepat pergi bersama Gwang taek, biar ia
yang membereskannya.
Ketua dari ninja itu (mungkin boss besar Chun) melihatnya
dengan kecewa, “aku hanya tidak bisa membiarkan seseorang menyentuh Ji), Chun
lalu berlutut.
Ji melepaskan tangan Gwang Taek dan mengarahkan pedang di
leher Gwang Taek. “sepertinya ini akhir dari kita”
“apa tidak ada jalan lain?” Gwang taek memohon
Ji pergi begitu saja ke arah Chun yang berlutut,sementara
Gwang taek pergi meninggalkannya.
Chun lalu dihukum, Ji datang menemuinya “apa kau benar tidak
ingin kembali?” Tanya Chun. Ji berhenti
tanpa ekspresi,tanpa kata.
Balik lagi..
Chun menemui Ji yang duduk sendirian. “hatiku sudah berhenti
berdetak sejak lama” kata Chun
Ji lalu berbaring di paha Chun, menutup matanya dan
menangis.
Sinopsis by Hyo Rin @mewmewhyorin.blogspot.com
Picture capture by popv @popv.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar